IKPLN Selenggarakan FGD Implementasi RUPTL 2025 - 2034

(

Jakarta, 13 November 2025) IKPLN melalui Dewan Pakar menyelenggarakan focus group discussion (FGD) tentang Implementasi RUPTL 2025 – 2034 dan Interkoneksi HVDC Kabel Laut Sumatera – Batam -  Bintan dan Sumatera – Jawa. Acara yang digelar Kamis, 13 November 2025 di PLN Pusat Jakarta itu menghadirkan narasumber dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi, PLN dan mitra kerja.

FGD dibuka oleh Direktur Distribusi PLN Arsyadany Ghana Akmalaputri mewakili Direktur Utama PLN, dan didampingi oleh Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo, Ketua Umum IKPLN Syamsul Huda dan Ketua Dewan Pakar IKPLN Amir Rosidin. Acara dihadiri oleh sekitar 150 orang stakeholders dari berbagai kalangan yaitu para anggota IKPLN, PLN beserta sub holding dan anak perusahaan, perbankan, asosiasi dan KADIN.

Dalam keynote speechnya Arsyadany mengatakan bahwa RUPTL 2025 – 2034 bukan hanya dokumen teknokratik, namun ini adalah wujud nyata visi Presiden Indonesia menuju energi bersih, terjangkau dan berkeadilan. Presiden dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa Pemerintah akan fokus untuk mencapai swasembada energi. Kebutuhan investasi untuk mengeksekusi RUPTL 2025 - 2034 sebesar Rp 2.967 triliun, di mana separuhnya diharapkan bisa dipenuhi oleh IPP dan swasta.

Syamsul Huda dalam sambutannya mengatakan bahwa FGD ini merupakan implementasi dari salah satu misi IKPLN, yaitu mendorong para anggota tetap berkontribusi positif bagi kemajuan keluarga besar PLN. FGD diselenggarakan untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen PLN dalam implementasi RUPTL dalam rangka reformasi regulasi yang agresif dan adaptif serta transformasi menuju energi hijau.

Huda juga memperkenalkan organisasi IKPLN dalam kerangka empat pilar PLN Incorporated bersama PLN, YPK PLN dan Dana Pensiun PLN menaungi pensiunan PLN. Visi IKPLN adalah terwujudnya kebersamaan, rasa aman dan meningkatnya kesejahteraan para anggota dalam mengarungi masa purna bakti. Sebagai organisasi berbadan hukum, IKPLN memiliki anak usaha PT Ika Maju Sejahtera (IKAMAS) yang bergerak di bidang EPC pembangkitan, transmisi dan gardu induk serta distribusi, assessment infrastruktur kelistrikan, desain enjiniring, jasa supervisi konstruksi dan operasi pemeliharaan listrik.

Sementara Amir Rosidin menyampaikan bahwa tujuan FGD adalah merancang dan merumuskan strategi komprehensif yang mengombinasikan aspek pembiayaan, kebijakan regulasi, dan pelaksanaan teknis RUPTL 2025–2034 dengan kerangka terpadu, sehingga target penambahan kapasitas 69,5 GW dapat terpenuhi tepat waktu.

Dua Sesi

FGD dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama tema Implementasi RUPTL yang membahas membahas berbagai strategi pembiayaan dan kebijakan regulasi. Identifikasi dan solusi atas tantangan utama dalam pembiayaan proyek kelistrikan skala besar, termasuk harmonisasi regulasi antara pemerintah, BUMN, dan pihak swasta. Reformasi regulasi diharapkan mampu menghilangkan hambatan birokrasi dan mempercepat proses perizinan investasi, sehingga sektor kelistrikan nasional mampu menyerap investasi secara efektif dan efisien. Pembicara Dosen FEB UI Dr. Doni Abdul Chalid, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan KESDM Ir. Wanhar dan EVP Perencanaan Korporat PLN Daniel Lestanto.

Sesi kedua fokus membahas pembangunan infrastruktur interkoneksi HVDC (High Voltage Direct Current) kabel laut yang menghubungkan Sumatera–Batam–Bintan (ISBB) dan Interkoneksi Jawa-Sumatera (ISJ). Infrastruktur ini menjadi elemen kunci dalam meningkatkan keandalan sistem kelistrikan regional, sekaligus membuka peluang optimalisasi integrasi energi terbarukan di Kepulauan Riau, Sumatera, dan Jawa. Interkoneksi tidak hanya memperkuat pasokan dan stabilitas listrik, tetapi juga memberikan fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta mendukung agenda pemerintah dalam transisi energi bersih di wilayah strategis Indonesia tersebut. Pembicara Direktur Transmisi dan Pengembangan Sistem Edwin Nugraha Putra, VP Power System, Digital dan TI PLN Enjiniring Yehuda Bayu Kristiawan, Siemens Indonesia Jitendra Pratap Singh, GE Grid Solutions Indonesia Setiawan Jauhari, Sumitomo Electric Industries Mamuro Hasegawa, LS Cable and System Nam Seok Hyun, Vinci Energies Australia and Indonesia Nicolas Oberle dan VP EBT Energi Hidro PLN Ardian Inkaresa.

Tantangan pendanaan menjadi salah satu hal yang perlu di atasi dalam upaya mendukung peningkatan peran EBT dalam produksi energi. Berkembangnya sustainable finance membuka peluang adanya supply pendanaan yang lebih besar bagi EBT, namun perlu ada pergeseran mindset investor dalam menganalisis risk-return trade-off. Perlu upaya untuk memperbaik market dan mengubah paradigma terkait sustainable finance.

Dalam RUPTL 2025 – 2034, 76 % dari penambahan kapasitas pembangkit berasal dari EBT, termasuk energi nuklir dan storage. Sementara potensi pembangkit EBT rata-rata jauh dari pusat beban. Edwin mengatakan bahwa konsep “Green Enabling Super Grid” akan mengatasi mismatch supply-demand, mengevakuasi EBT yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara ke pusat-pusat demand. Karena itu transisi energi membutuhkan jaringan transmisi yang sangat panjang untuk mengevakuasi daya ke pusat beban.

Dalam tanggapannya, salah satu anggota Dewan Pakar IKPLN, Nasri Sebayang diantaranya mengingatkan agar dalam membangun HVDC kita fokus pada penetapan teknologi dan rancangan desain komponen cable system termasuk life time dan tidak mudah terpengaruh hadirnya teknologi baru.

Tags :  

Komentar

Saat ini Komentar Tidak tersedia.